Kamis, 28 April 2011

Kisah Tentang Pelangi






Dahulu kala, warna-warna yang ada di Bumi bertengkar. Semua mengklaim dirinya yang paling bagus dan paling berguna. Si Hijau mengatakan, "Akulah yang terpenting. Aku simbol kehidupan dan pengharapan. Aku dipilih oleh padi, rerumputan dan pepohonan. tanpa diriku, semua makhluk akan mati."

Si Biru menimpali, "Jangan hanya berpikir tentang Bumi. Lihatlah birunya langit dan lautan luas. Air sumber kehidupan, langit memberi ruang dan kedamaian."

Si Kuning menyela, "Ah, kalian terlalu serius. Aku membawa kegembiraan dan kehangatan di dunia. Matahari berwarna kuning, juga Bulan. Tanpa kehadiranku tak ada kegembiraan."

Si Jingga tak mau kalah, "Aku simbol kesehatan dan kekuatan. Buktinya, aku dipercaya melayani kebutuhan manusia, membawa vitamin-vitamin penting bagi kehidupan. Coba lihat aku pada wortel, labu, jeruk dan pepaya."

"Aku darah kehidupan! Lambang keberanian dan cinta. Tanpaku, Bumi akan kosong melompong," sela si Merah. Sementara si Ungu teriak, "Aku adalah warna aristokrat dan kekuatan. Para raja dan pemimpin selalu memilih warnaku untuk pakaian dan aksesoris mereka."

Pertengkaran semakin seru. Masing-masing tidak mau mengalah. Tiba-tiba muncul kilat dan gelegar suara petir, disertai hujan deras. Tanpa dikomando warna-warna itu merunduk ketakutan, lalu saling mendekat mencari perlindungan.

Sang Hujan berkata, "Hei, warna-warna bodoh! Jangan bertengkar! Ketahuilah, masing-masing kalian diciptakan untuk tujuan khusus, unik, dan berbeda satu sama lain. Kemarilah, saling bergandeng tangan. Warna-warna itu melakukan apa yang dikatakan sang Hujan. "Mulai sekarang setiap kali turun hujan, masing-masing kalian akan terentang di udara dalam satu pelangi yang indah, sebagai peringatan bahwa kalian harus hidup bersama dalam damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar